Pemerintah kerepotan menertibkan pengeboran minyak ilegal (ilegal driling) serta pencurian dengan melubangi pipa (ilegal tapping). Hal itu tercermin masih tetap ramainya tindakan itu.
Direktur Jenderal Minyak serta Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Daya Sumber Daya Mineral (ESDM), Djoko Siswanto menjelaskan, pengeboran ilegal sumur minyak adalah aksi pidana karena lakukan pekerjaan tiada mempunyai izin serta dari bagian keamanan membahayakan. Perihal ini sebab pekerjaan pemboran tidak memperhitungkan aspek keamanan serta lingkungan.
"Ilegal driling adalah persoalan bidang migas jadi tantangan pemerintah. Menurut ketentuan serta perundangan tidak mempunyai izin menjadi aksi pidana," kata Djoko, waktu rapat kerja dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (4/2/2019).
Djoko menjelaskan, perlakuan pengeboran minyak ilegal juga sudah dikerjakan. Pada 2017, sekitar 126 pengeboran minyak ilegal ditutup di Sumater Selatan, sedang di Kabupaten Blora serta Bojonegoro sudah ditempatkan ke pengusahaan sumur tua lewat Tubuh Usaha Punya Daerah (BUMD), bekerja bersama dengan PT Pertamina EP sesuai dengan Ketentuan Menteri ESDM Nomer 1 Tahun 2008.
Djoko meneruskan, sekitar 110 sumur ilegal di WK Techwin Benakat South Betung Ltd sudah sukses ditutup. Akan tetapi, dari beberapa sumur ilegal yang sudah sukses diatasi, ada banyak sumur-sumur ilegal yang beroperasi serta ramai di lapangan.
Bahkan juga ada tanda-tanda seperti di Jambi, beberapa sumur-sumur yang sudah ditutup di WK PT Pertamina EP Asset 1, dibuka kembali oleh pelaku penambang, hingga sumur ilegal diprediksikan makin bertambah jadi 82 titik, dari yang sebelumnya sejumlah 49 sumur ilegal serta sudah sukses ditutup.
"Lepas sumber illegal drilling yang telah ditutup ada banyak yang beroperasi serta ramai di lapangan," tutur Djoko.
Awal mulanya, mendekati musim hujan, Kementerian Daya serta Sumber Daya Mineral (ESDM) mencari jalan keluar untuk hindari penurunan produksi siap jual (lifting) minyak dari Blok Cepu karena masalah cuaca.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menjelaskan, proses lifting Blok Cepu yang dioperatori Exxon Mobil Limmited punya potensi terganggu, karena intensitas hujan tinggi. Perihal ini yang punya potensi turunkan produksi minyak dari blok itu.
"Jika cuaca semacam ini ada tanda-tanda (penurunan produksi). Saat ini sich masih tetap (normal)," kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat 2 Januari 2019.
Baca juga : harga asbes
harga genteng metal
Menurut Arcandra, keadaan itu mesti diprediksi sebelum intensitas hujan semakin tinggi. Ini sebab semua minyak dari Blok Cepu dengan rata-rata produksi diatas 200 ribu barel /hari, direncanakan memasok kilang PT Pertamina (Persero).
Mengenai sekarang ini Pertmina tengah lakukan negosiasi, supaya bisa beli minyak sisi Exxon dari Blok Cepu seputar 30 ribu barel /hari. "Liftingnya Exxon yang di Blok Cepu, crude ke Pertamina. Jika cuaca buruk kan liftingnya terganggu," papar ia.
Arcandra juga menghimpun beberapa pihak, salah satunya Kepala Unit Kerja Spesial Pelaksana Pekerjaan Hulu Minyak serta Gas bumi (SKK Migas), untuk mencari jalan keluar supaya lifting minyak dari Blok Cepu tidak turun waktu musim hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar